LAPORAN
AKHIR PERJALANAN
Disusun oleh :
Farrasta Khoirunnas Saum (52415535)
Irsyha Fadzryzah (53415451)
M. Masum Bilhaqqi (53415962)
Muhamad Gifari R (54415617)
Robi Pradana M (56415227)
Kelas : 1IA12
Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Informatika
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya Wisata adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan menambah pengalaman. Setelah karya wisata dilaksanakan, mahasiswa diwajibkan untuk menyusun karya tulis. Karya tulis adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai dilaksanakan.
Laporan karya tulis ini membahas tentang objeck wisata di Taman Mini Indonesia Indah , khususnya membahas tentang kebudayaan dan rumah adat daerah Sumatera Barat
B. Tujuan
Tujuan yang hendak kami capai dalam pembuatan laporan perjalanan ini :
Menyelesaikan tugas akhir Ilmu Budaya Dasar
Untuk mengembangkan potensi, etika, estetika, dan pratika.
Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air.
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa.
Mensyukuri Keindahan Alam
Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai seputar TMII.
BAB II
LAPORAN
PERJALANAN
1. Taman Mini
Indonesia Indah (TMII)
Pada hari Minggu, 1 Mei 2016, kami
berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di Jakarta Timur.
Kami berkumpul di pintu utama TMII pukul 09.00 WIB, kami berangkat menuju TMII menggunakan
transportasi ojek online dan motor pribadi. Kami janjian ketemu di gerbang
utama TMII karena lebih mudah ditemukan dan dekat dengan tujuan tempat kami.
Selembar kertas berwarna merah
dengan bertuliskan Taman Mini “Indonesia Indah” merupakan selembar tiket masuk
TMII yang di peroleh dengan membayar sebesar Rp10.000 untuk perorangan. Jika
membawa kendaraan pribadi, kita akan dikenakan biaya untuk mobil sebesar Rp
10.000 motor sebesar Rp 6.000 dan sepeda sebesar Rp1.000 Setelah kami
mendapatkan tiket, kami menuju ke
Anjungan Sumatra Barat. Jarak dari pintu utama TMII ke Anjungan Sumatra
Barat yaitu kurang lebih 1 km sangat dekat dengan gerbang utama tempat
tujuan kami.
Setibanya kami di Anjungan Sumatra
Barat, kami langsung dan langsung mengambil gambar dan melihat lihat rumah
gadang dari padang dang baju adat adat nya
Kesan pertama kali saat melihat rumah rumahnya sangan
lah besar ada rumah gadang, balairung, sarau/mushola, rangkiang, dan
perpustakaan dan semuanya terlihat klasik namun mewah. Pertama kami memasuki
rumah Balairung.
Balairung anjungan Sumatera Barat difungsikan sebagai
tempat aktifitas kesenian dan balai pertemuan.Balai ini memang tidak pernah
sepi dari aktifitas kesenian, karena berbagai kesenian Sumatera barat kini
bnerkembang pesat dan makin disukai baik dari warga Sumbar maupun dari luar
daerah.Pada hari Minggu dan libur, anjungan ini kerap mengadakan acara-acara
seperti Lomba lagu Minag, parade tari Minang, manghoyak Tabuik dan
peragaan berbagai upacara adat.Bangunan lainnya adalah surau, yang difungsikan
sebagaimana mestinya, serta sebuah kafetaria sederhana, tempat orang dapat
berkenalan dengan berbagai macam masakan padang
.
Setelah itu
kami langsung masuk ke rumah gadang yang besar dan luas dan di TMII tempannnya
bersebelahan dengan tempat Balairung dan ini lah foto rumah gadang
Rumah
Gadang didirikan di atas tanah kaum yang bersangkutan. Jika hendak didirikan,
panghulu dari kaum tersebut mengadakan musyawarah terlebih dahulu dengan anak
kemenakannya. Setelah dapat kata sepakat dibawa kepada panghulu-panghulu yang
ada dalam persukuan dan seterusnya dibawa kepada panghulu-panghulu yang ada di
nagari.
Untuk
mencari kayu diserahkan kepada orang kampung dan sanak keluarga. Tempat mengambil
kayu pada hutan ulayat suku atau ulayat nagari. Tukang yang mengerjakan rumah
tersebut berupa bantuan dari tukang-tukang yang ada dalam nagari atau diupahkan
secara berangsur-angsur.
Dilihat
dari cara membangun, memperbaiki dan membuka (merobohkan) rumah gadang, ada
unsur kebersamaan dan kegotongroyongan sesama anggota masyarakat tanpa
mengharapkan balas jasa. Fungsi sosial sangat diutamakan dari fungsi utamanya.
Walaupun suatu rumah gadang merupakan milik dan didiami oleh anggota kaum
tertentu, namun pada prinsipnya rumah gadang itu adalah milik nagari, karena
mendirikan sebuah rumah gadang didasarkan atas ketentuan-ketentuan adat yang
berlaku di nagari dan setahu panghulu-panghulu untuk mendirikan atau
membukanya.
Rumah
Gadang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat acara adat. Ukuran ruang
tergantung dari banyaknya penghuni di rumah itu. Namun, jumlah ruangan biasanya
ganjil, seperti lima ruang, tujuh, sembilan atau lebih. Sebagai
tempat tinggal, rumah gadang mempunyai bilik-bilik dibagian belakang yang
didiami oleh wanita yang sudah bekeluarga, ibu-ibu, nenek-nenek dan anak-anak.
Fungsi
rumah gadang yang juga penting adalah sebagai iringan adat, seperti menetapkan
adat atau tempat melaksanakan acara seremonial adat seperti kematian, kelahiran,
perkawinan, mengadakan acara kebesaran adat, tempat mufakat dan lain-lain.
Perbandingan ruang tempat tidur dengan ruang umum adalah sepertiga untuk tempat
tidur dan dua pertiga untuk kepentingan umum. Pemberian ini memberi makna bahwa
kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.
Lampiran :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai
warga Negara yang baik, sudah sepantasnya kita menjaganya agar tetap lestari
dan wisatawan domestik maupun mancanegara betah di Indonesia.Sehingga bias
meningkatkan devisa Negara.
B. Saran
Penyusun dengan segala keterbatasan yang ada,
menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna.Oleh karena
itu,kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.